Agustus 18, 2011

Para Pencari Jalan-Mu

Adz-Dzahabi dalam kitabnya Sairu A'laamin Nubaha' menyebutkan biografi Sufyan ibnu Sa'id Ats-Tsauri,seorang imam yang alim, ahli zuhud,dan ahli ibadah, bahwa suatu malam dia mengerjakan qiyamul lailnya, dalam bacaannya dia mengulang-ulang surah at-Takatsur, hingga pagi hari.

Ibnu Jauzy mengatakan bahwa ia telah membaca semua riwayat hidup ulama salaf, ternyata tidak menjumpai sesudah para sahabat, kecuali tiga orang yang telah matang ilmu dan amalnya, yaitu Sa'id ibnul Musayyab, Ahmad ibnu Hambal, dan Sufyan ats-Tsauri.
Ketika Sufayan ats-Tsauri kedatangan tanda-tanda kematiannya,ia menangis dengan tangisan yang besar, sehingga para ulama datang menjenguknya, lalu mereka menghiburnya dan menenangkannya. Akhirnya mereka menilai baik sangkanya kepada Allah Ta'ala.

Dalam kitab Dzailu Thobaqoot Hanabilah karya tulis Ibnu Rajab disebutkan riwayat hidup Abdul Ghani al Maqdis, seorang imam termasyhur yang tunduk patuh kepada Allah lagi bukan termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, penulis kitab Al Kamal fii Asma ir Rijaal tentang ilmu hadist yang belum pernah ada tulisan yang semisal dengannya.

Ibnu Rajab menceritakan bahwa Abdul Ghani ketika dipenjara dimasukkan ke dalam sel bersama dengan sejumlah orang-orang Yahudi. Setiap malam hari Abdul Ghani bangun melakukan shalat sunnah malam hari. Setipa kali shalat dua raka'at, ia mengerjakannya dengan menangis hingga tangisannya mengalahkan suaranya.
Selanjutnya, ia berwudhu' dan shalat dua rakaat lagi dengan menangis, demikianlah seterusnya hingga pagi hari. Setelah orang-orang Yahudi yang bersamanya dalam penjara melihat sikapnya itu, maka pada pagi harinya mereka semua masuk Islam. Mereka masuk Islam karena ketakutan melihar orang alim yang ahli ibadah ini dan tangisannya yang besar serta bacaannya yang begitu hangat.

Para penghuni penjara lainnya bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian masuk Islam?", tukasnya.

Seseorang diantara orang-orang Yahudi itu menjawab : "Demi Allah, sesungguhnya aku telah melalui suatu malam yang belum pernah kualami sepanjang hidupku. Demi Allah, dia telah menggambarkan kepada kami keadaan hari Kiamat".
Akhirnya, mereka dikeluarkan dari dalam penjara, sedang mereka telah menjadi muslim dan mengakui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad Saw adalah utusan Allah.

Inilah dakwah yang tulus, dakwah yang dilakukan oleh tangisan, dakwah Tahajjud, dakwah shalat sunnah di tengah malam, dakwah yang dilakukan oleh ibadah yang seseorang tidak perlu banyak bicara didalamnya dan tidak pula banyak berkhutbah, melainkan hanya dilihat semata, tahu mereka beroleh petunjuk dan mau mengikuti.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Ibnu Taimiyah manakala keluar menuju pasar pada pagi hari setelah mentari naiksepenggalahan, dan orang-orang melihat penampilannya yang bercahaya lagi berwibawa karena pengaruh dari dzikir dan ibadah yang dilakukannya, mereka spontan mengulang-ngulang sebutan laa ilaaha ilalloh.
Inilah sosok yang bila dilihat akan mengingatkan kepada Alalh Rabbul alamin, karena memang di antara orang-orang shalih, para wali, para ulama, para ahli ibadah, dan para da'i serta para penuntut ilmu, ada sebagian orang yang bila anda lihat hanya dari penampilan wajahnya semata, ia akan mengingatkan anda kepada Allah dan kebesaran-Nya. Meskipun dia berbicara sepatah kata pun kepada anda atau mengatakan suatu nasihat atau khutbah pun kepada anda. Demikianlah karena anda telah melihat pertanda kebaikan yang terpancarkan dari wajahnya, sehingga anda terkesima olehnya.

"Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud." (QS Al-Fath :29).

Demikian juga karena pengaruh dari bekas munajatnya kepada allah pada malam hari.

Adz-Dzahabi dalam bukunya yang berjudul Sairu A'laamin Nubalaa' menyebutkan riwayat hidup Ibnu Wahb, seorang ahli zuhud besar, orang 'alim madzhab Maliki. Adz-Dzahabi mengatakan bahwa Ibnu Wahb telah menulis Kitab Ahwaalul Qiyaamah (kengerian pada hari kiamat) untuk dirinya sendiri. Orang-orang pun memintanya agar membacakan kitab itu kepada mereka di dalam masjid.
Ibnu Wahb keluar dan mengumpulkan semua orang. Setelah itu ia berkata kepada anaknya: "Bacakanlah kepadaku kengerian pada hari kiamat!" Saat anaknya membaca baru sedikit saja dari bagian kitab itu. Ibnu Wahb jatuh pingsan tak sadarkan diri. selanjutnya, dicipratkanlah air ke wajahnya, tetapi ia masih belum sadar dan dicipratkan air lagi ke wajahnya, tetapi tidak juga sadar. selama tiga hari Ibnu Wahb dalam keadaan koma tak sadarkan diri dan pada hari keempatnya beliau berpulang ke rahmatullah alias wafat.
Ibnu Taimiyah dalam Ushulul Fiqh bagian dari kitab Fatawanya mengatakan tentangnya:" Adapun sehubungan dengan Ibnu Wahb, maka beliau adalah sesuatu yang lain, yakni termasuk sampel yang baik dalam hal kebenaran, ibadah, dan berhubungan dengan Allah.

Seandainya bukan karena Allah, kemudian karena Rasul-Nya, Muhammad, tentulah Allah tidak akan mengeluarkan sampel-sampel manusia ini dan tidak pula para ulama dan para da'i yang menyeru manusia kepada Allah.

"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia." (QS Ali 'Imran: 110)

untuk memberi contoh kepada mereka dalam hal berdakwah, berqurban, berhubungan dengan Allah, berzuhud terhadap duniawi, menebarkan keutamaan di antara manusia, menghindarkan diri dari hal-hal yang kotor, dan menjadi teladan dalam hal bertaqwa kepada Allah.

Kita bukan sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia guna bermegah-megahan, saling membanggakan diri, bersikap angkuh, dan tidak pula untuk menimbulkan kerusakan di muka bumi. 
 
Wallahu'alam.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites