Juni 12, 2011

Wasiat Imam Ghazali ra

Kehidupan seorang muslim tidak dapat dicapai dengan sempurna, kecuali mengikuti jalan Allah SWT yang dilalui secara bertahap. Tahapan-tahapan itu antara lain : tobat, sabar, faqir, zuhud, tawakal, cinta, makrifat dan ridha. Karena itu seseorang yang mempelajari tasawuf wajib mendidik jiwa dan akhlaknya. Sementara itu, hati adalah cermin yang sanggup menangkap makrifat. Dan kesanggupan itu terletak pada hati yang suci dan jernih.”

“Berbicara tentang nasihat, kulihat diriku tak pantas untuk memberikannya. Sebab, nasihat seperti zakat, nishabnya adalah kemampuan untuk memetik nasihat itu bagi dirinya sendiri. Seseorang yang belum mencapai nishab, bagaimana ia akan mengeluarkan zakat ? Dan seorang yang tak memiliki cahaya, bagaimana dapat dijadikan sebagai alat penerang oleh orang lain? Bagaimana bayangan akan lurus jika kayunya bengkok ? Allah swt mewahyukan kepada ‘Isa bin Maryam AS : ‘Nasihatilah dirimu, jika kau mampu memetik nasihat, maka nasihatilah orang lain. Jika tidak, maka malulah kepada-Ku’.”

“Barangsiapa hendak mengetahui aib-aibnya, maka ia dapat menempuh empat jalan berikut :
  1. Duduk dihadapan seorang guru yang mampu mengetahui keburukan hati dan berbagai bahaya yang tersembunyi didalamnya. Kemudian ia memasrahkan dirinya kepada sang guru dan mengikuti petunjuknya dalam bermujahadah membersihkan aib itu. Ini adalah keadaan seorang murid dengan syeikhnya dan seorang pelajar dengan gurunya. Sang guru akan menunjukkan aib-aibnya dan cara pengobatannya, tapi di zaman ini guru semacam ini langka.
  2. Mencari seorang teman yang jujur, memiliki bashiroh ( mata hati yang tajam ) dan berpegangan pada agama. Ia kemudian menjadikan temannya itu sebagai pengawas yang mengamati keadaan, perbuatan, serta semua aib batin Dan zhohirnya, sehingga ia dapat memperingatkannya. Demikian inilah yang dahulu dilakukan oleh orang-orang cerdik, orang-orang terkemuka dan para pemimpin agama.
  3. Berusaha mengetahui aib dari ucapan musuh-musuhnya. Sebab pandangan yang penuh kebencìan akan berusaha menyingkapkan keburukan seseorang. Biasa jadi manfaat yang di peroleh seseorang dari musuh yang sangat membecinya dan suka mencari-cari kesalahannya adalah lebih banyak dari teman yang suka bermanis muka, memuji dan menyembunyikan aib-aibnya. Namun, sudah menjadi watak manusia untuk mendustakan ucapan musuhnya dan menganggap sebagai ungkapan kedengkian. Tetapi orang yang memiliki mata hati jernih mampu memetik pelajaran dari berbagai keburukan dirinya yang di sebutkan oleh musuhnya.
  4. Bergaul dengan masyarakat setiap kali melihat perilaku tercela seseorang, maka ia segera menuduh dirinya sendiri juga memiliki sìfat tercela itu. Kemudian ia tuntut dirinya untuk segera meninggalkannya. Sebab, seorang mu’min adalah cermin bagi mu’min lainya. Ketika melihat aib orang lain ia akan melihat aib-aibnya sendiri.

” Renungkanlah pendeknya umurmu. Andaikata engkau berumur 100 tahun sekalipun, maka umurmu itu pendek jika di bandingkan dengan rasa hidupmu kelak di akherat yang abadi selama-lamanya. Coba renungkan, agar dapat beristirahat (pensiun) selama dua puluh tahun, dalam satu bulan atau setahun engkau sanggup menanggung berbagai beban berat dan kehinaan di dalam mencari dunia. Tetapi, mengapa engkau tidak sanggup menanggung beban ibadah selama beberapa hari demi mengharapkan kebahagian abadi di akherat nanti. Jangan panjang angan-angan, engkau nanti akan berat untuk beramal. Yakinilah bahwa tak lama lagi engkau akan mati. Katakanlah dalam hatimu, pagi ini aku akan beribadah meskipun berat, siapa tahu nanti malam aku mati. Malam ini aku akan sabar untuk beribadah siapa tahu besok aku mati. Sebab, kematian tidak datang pada waktu keadaan dan tahun tertentu. Yang jelas ia pasti datang. Oleh karena itu mempersiapkan diri menyambut kedatangan maut lebih utama daripada mempersiapkan diri menyambut dunia. Bukankah kau menyadari betapa pendeknya waktu dunia ini? Bukankah bisa jadi ajalmu hanya tersisa satu tarikan dan hembusan nafas atau satu hari? Setiap hari lakukanlah hal ini dan paksalah dìrimu untuk sabar beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Andaikata engkau di takdirkan untuk hidup selama 50 tahun dan kau biasakan dirimu untuk sabar beribadah, nafsumu tetap akan berontak tetapi, ketika maut menjemput kau akan berbahagia selama-lamanya. Tetapi ketika engkau tunda-tunda dirimu untuk beramal dan kematian datang di waktu yang tidak kau perkirakan

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites